Biografi A. A. Navis

Awal hayat

Penceburan dalam penulisan

Beliau yang mengaku mulai menulis sejak tahun 1950.

Kemasyhuran

Cerpen 'Robohnya Surau Kami' mendapatkan banyak respons pro dan kontra masyarakat. Cerpen ini tidak sahaja enjadi satu dari tiga cerpen terbaik majalah Kisah tahun 1955, bahkan juga menggait Hadiah Sastera majalah ini. Berkat cerpen Robohnya Surau Kami (RSK) Navis menjadi terkenal di bidang sastera. Navis mulai mengkritik melalui karya sastera. Pernah beliau dkucilkan atasan karena sering berselisih dengan atasannya. Namun, beliau mengatakan 'Daripada saya ke luar kantor dan membuat bos saya bertambah marah, daripada saya duduk termenung-menung sambil melihat teman sejawat sibuk dan hati sakit sendiri, saya ambil mesin ketik, saya menulis dan menulis terus”.[2]

Beliau berkahwin dengan Aksari Yasin tahun 1957, hasil perkahwinan ini melahirkan tujuh orang anak yakni Dini Akbari, Lusi Berbasari Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini, Kisah yang menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.

Beliau seorang seniman yang perspektif pemikirannya jauh ke depan. Karyanya Robohnya Surau Kami, juga mencerminkan perspektif pemikiran ini. Yang roboh itu bukan dalam pengertian fisik, tetapi tata nilai. Hal yang terjadi saat ini di negeri ini. Beliau memang sosok budayawan besar, kreatif, produktif, konsisten dan jujur pada dirinya sendiri.